Usai menonton film dokumenter yang berdurasi hampir dua jam ini, gue tersenyum sih. Ya walaupun awalnya gue skeptis karena bener-bener bingung mau nonton dimana, sampai akhirnya Kota Cinema Mall di Jember nayangin.
Nonton Harta Tahta Raisa, rasanya haru dan senang aja gitu ngeliatnya, berasa gue yang nonton masuk dan merasakan pengalaman persiapan hingga konser yang begitu riuh di Gelora Bung Karno tersebut. Jadi penyanyi perempuan pertama yang taklukan stadion dengan penonton hampir setengah kursi GBK. 42 ribu orang jadi saksi betapa megahnya konser Raisa pada malam itu.
Dan semua haru biru permasalahan dikemas secara apik oleh Soleh Solihun dalam film dokumenter ini, yang bisa gua dapat dari film ini tanpa harus spoiler sih sepertinya tentang kedekatan Adryanto Pratono dan Raisa sebagai duo atau lakon dalam film ini sih. Bagaimana akhirnya seorang Raisa yang mempunyai perjalanan karir 13 tahun dapat menggelar konser tunggal sebesar itu. Wah gila sih, kacau. Film dokumenter musik terakhir yang gue tonton ya NOAH : Awal Semula dan itu film lama, tepatnya rilis tahun 2013. Jadi ada rasa ketertarikan untuk menonton Harta Tahta Raisa yang mungkin saja menjawab pertanyaan gue kenapa jarang banget ada film tentang musik.
Sutradara yang dipilih sudah bukan main lah kalau ngomongin musik, tapi sepanjang film juga menarik. Bagaimana tidak, ada beberapa footage yang diracik oleh Soleh Solihun sebagai sutradara dengan ciamik, pas aja gitu. Tapi ada juga hal yang gue kurang sukai terutama di awal film berjalan, adanya gimmick yang mungkin fan service sebelum film dimulai dan format dokumenter yang dipilih sepertinya lebih ke interactive karena banyak scene yang menunjukan Raisa seperti mengobrol dengan kita ataupun suara dari Soleh Solihun masuk ke dalam beberapa bagian film, selain itu gue kurang nyaman dengan bagian awal dimana terlalu banyak scene close up serta shaky dari kamera yang begitu terasa, atau kamera yang kadang cenderung membuat blur aja gitu. Atau memang itu konsep yang ingin dipakai Soleh ya?
Setidaknya, film Harta Tahta Raisa ini bisa jadi tontonan dan hiburan yang ngebuat kita amaze dengan perjalanan karir seorang musisi dari seseorang yang biasa menjadi bintang panggung yang digemari banyak orang, pendewasaan, cara menghadapi masalah, dan cerita-cerita yang kita gak tau aja gitu terjadi, bahkan sebelum suguhan utama yang ingin disampaikan dalam film ini yaitu Konser di GBK. Adanya beberapa cameo juga menarik, dari produser, keluarga, teman, bahkan mereka yang gak ada dialognya, kemunculan Najwa Shihab agaknya menarik.
Konflik yang terjadi pun dikemas cukup menggemaskan, ngebuat gue ikutan emosi sesaat dan ketawa karena lucu aja gitu kondisinya, sedihnya pun ada, senengnya tentu momen-momen bisa sing along itu sih. The Best. Sayangnya kurang banyak aja, sangat disayangkan bagi gue pribadi, mungkin gimmick di depan sebelum film dimulai itu bisa jadi kalau diganti satu atau dua lagu performance akan menarik, tapi juga bisa saja riskan. Ah entahlah konsep yang disusun Soleh Solihun ini terasa aneh tapi juga menarik, tapi bukan soleh lah kalau tidak membuat kita berdebat haha.
Film yang bisa dikatakan hangat ini, gue sarankan ditonton oleh banyak orang. Kalau bisa ajak keluarga atau teman, karena selain sing along bareng di bioskop. Lo juga bisa tau bagaimana sebuah mimpi akhirnya bisa tercapai setelah bertahun-tahun berusaha, gambling tapi juga lega dalam satu waktu yang sama. Kudos, untuk Imajinari yang membuat film dokumenter ini, oh ya gue jadi bertanya-tanya apakah film ini harusnya tayang sebelum salah satu film mereka yang box office itu ya?
Karena di salah satu scene montage terdapat poster film dari produksi Imajinari, bahkan dalam credit title juga ditulis. Sekali lagi film Harta Tahta Raisa sedang tayang di Bioskop, walaupun dengan layar terbatas. Silahkan ditonton dan dinikmati agar sama-sama memeluk hangat sebuah mimpi yang terwujud dengan perjuangan yang tak mudah.